Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Author : NikStar96
Pairing : NaruHina
Genre : Romance
Typo(s), Gaje, Canon, After The Last Naruto The Movie
Chapter 2: Proposal
Sudah setahun Naruto dan Hinata berpacaran. Naruto dan Hinata sepakat bahwa sebelum menikah, mereka harus berpacaran terlebih dahulu untuk lebih dekat dan lebih mengenal satu sama lain.
Hubungan mereka selama setahun ini sangatlah baik. Kita dapat melihat bagaimana sikap mereka berdua selama berpacaran.
Naruto yang sangat aktif dengan Hinata yang pendiam. Keduanya saling melengkapi. Naruto selalu mengucapkan lelucon yang entah itu lucu atau tidak hanya Tuhan dan Hinata yang tahu. Tetapi Hinata selalu tertawa melihat tingkah konyol belahan jiwanya.
Naruto yang ceroboh dengan Hinata yang tenang. Keduanya saling melengkapi. Setiap kali emosi Naruto meluap-luap, Hinata akan selalu menenangkannya. Setiap kali Naruto terlihat tidak sabaran akan suatu hal, Hinata akan mengingatkan Naruto akan betapa pentingnya kesabaran.
Walaupun berbeda sifat, mereka sangat cocok dan saling melengkapi, bukan? Tentu saja. Bahkan semua penduduk Konoha telah menganggap dua sejoli itu sebagai official couple desa Konohagakure.
Jika mereka berdua dalam masa bebas tugas, setiap kali kita dapat melihat kemesraan dua sejoli ini di Konoha. Entah itu saat di Ichiraku dimana Hinata menyuapi Naruto, saat di taman dimana Hinata selalu bersandar di bahu Naruto, atau pun saat di jalan dimana Naruto selalu merangkul pinggul Hinata dengan mesra.
Berkat hubungan pacaran ini, mereka telah banyak mengabadikan momen indah mereka dengan jepretan kamera. Mereka juga telah mengukir banyak kenangan yang indah yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
Namun, bukan pacaran namanya jika tak ada pertengkaran. Terkadang Naruto dan Hinata bertengkar. Namun hal itu tidak akan berlangsung lama karena mereka akan berbaikan dengan segera.
Tapi kali ini ada sesuatu yang benar-benar tidak disukai Hinata dari Naruto. Hinata tidak suka sikap Naruto yang tidak mau makan sayur.
-Di Ichiraku Ramen-
*ZRRUPUT*
Naruto menyeruput ramen beserta kuahnya dengan lahap. Hinata sangat khawatir dengan kesehatan Naruto.
"Naruto-kun, tidak sehat jika terus-terusan makan ramen. Aku akan memasak makanan yang lezat untuk Naruto-kun. Karena itu sebelum berangkat kencan besok, Naruto-kun harus makan dulu di rumahku." Kata Hinata.
"Benarkah, Hinata? YEAAHH.." Kata Naruto senang.
Naruto sangat bersyukur memiliki Hinata. Selain karena parasnya yang cantik, kebaikan hatinya, sikap imutnya, serta keteguhan hatinya, Hinata adalah seorang chef nomor satu. Menurut Naruto, cita rasa masakan Hinata telah mengalahkan semua restoran yang pernah dia kunjungi. Bahkan, Ichiraku Ramen sekalipun kalah akan cita rasa masakan Hinata.
"Baiklah, Hinata. Sebelum kencan kita besok, terlebih dahulu aku akan makan masakan buatanmu-ttebayo." Kata Naruto.
Setelah itu, mereka meninggalkan Ichiraku Ramen untuk melanjutkan kencan mereka.
-oOoOo-
-Keesokan harinya, di kediaman Klan Hyuga-
*BOONNG*
"Sa..sa..Sayur rebus?"
Dihadapan Naruto kini terhidang sayur bayam dicampur dengan brokoli dan wortel rebus. Tidak ada daging sama sekali.
"Naruto-kun, makanlah." Kata Hinata sambil tersenyum.
Naruto memandang masakan Hinata dengan setengah hati.
"Kenapa dia memasak sayur? Bukankah dia tahu kalau aku tidak suka sayur-ttebayo?" Pikir Naruto ketakutan.
Naruto menegukkan ludah. Dia tidak menyangka Hinata akan menghidangkan sayur untuknya.
"Ada apa, Naruto-kun?" Tanya Hinata heran melihat pacarnya sama sekali tidak menyentuh masakannya.
Naruto tidak suka sayur. Tetapi jika dia terang-terangan menolak masakan Hinata, itu tentu akan menyakitkan hatinya. Naruto berusaha untuk menemukan jalan keluar.
"Eh. Gomen, Hinata. Aku lupa. Ternyata aku disuruh ke kantor Kakashi-sensei untuk membantunya mengerjakan berbagai dokumen. Aku pergi dulu, Hinata." Kata Naruto polos.
Kemudian Naruto meninggalkan Hinata begitu saja. Sudah bisa ditebak bagaimana perasaan Hinata setelah itu.
"Naruto-kun bahkan tidak menyentuh sayur rebusku sedikitpun. Tetapi ia langsung menyimpulkan bahwa masakanku tidak enak. Aku tahu dia tidak suka sayur. Tapi aku memasaknya dengan sepenuh hati. Kenapa Naruto-kun kabur begitu saja?" Pikir Hinata Kecewa.
Namun Hinata tidak menyerah. Dia akan terus mencoba agar Naruto mau makan sayur.
.
.
-Esoknya-
"Hinata, maafkan aku ya. Aku ternyata punya janji dengan Shikamaru untuk membantunya mengawasi perbatasan. Mungkin lain kali saja aku makan dirumahmu."
.
.
-Dan esoknya-
"Aduh, aku sudah kenyang. Aku tak sanggup makan lagi-ttebayo."
.
.
-Esoknya lagi-
"Hinata, aku ada urusan dengan Shikamaru. Aku akan pergi untuk beberapa hari. Lain kali saja ya, Hinata."
.
.
-7 hari setelahnya-
"Maaf, Hinata. Aku lelah sekali sejak kemarin. Aku mau langsung pulang. Maaf ya, Hinata."
Hinata terus mengajak Naruto makan sayur buatannya di rumah selama beberapa hari ini. Tetapi entah dasar Naruto memang polos atau memang karena tega, Naruto selalu menghindar karena berbagai alasan. Entah itu karena misi, keperluan mendadak, atau perintah dari Kakashi. Sepertinya dia tidak tahu bagaimana perasaan Hinata saat ini.
-oOoOo-
-Keesokan harinya. Saat Naruto mengantar Hinata ke rumahnya-
"Naruto-kun, kamu mau mampir kerumah dulu? Aku sudah membuat masakan spesial untukmu."
.
..
..
...
...? # # !
...?! ##
..
..
.
"OH, NOOOooo..."
Naruto tidak mengharapkan ini. Naruto memasang ekspresi ketakutan. Takut akan masakan yang dinamakan 'Sayur Rebus'.
Kemudian dengan polosnya Naruto menjawab...
"Hinata, maaf aku tidak bisa. Aku buru-buru karena ada perintah..."
Belum sempat Naruto menyelesaikan kalimatnya...
"Cukup. Aku tidak tahan lagi mendengar alasanmu, Naruto-kun. Bilang saja kalau masakanku tidak enak."
"Eh? Bukan begitu, Hinata... Maksudku.."
"Sudahlah, Naruto-kun. Kamu boleh pergi sekarang." Seru Hinata kesal.
Naruto tidak mengerti. Dia bingung kenapa Hinata bisa marah.
"Hei, kenapa kamu jadi malah marah, Hinata?"
"Kamu pulang saja, Naruto-kun."
Pertanyaan Naruto tidak dijawab. Hinata malah mengusir Naruto. Hal itu membuat Naruto ikutan kesal.
"Kenapa tak dijawab? Jadi kau mengusirku?"
Hinata sedikit kaget karena Naruto membentaknya.
"Kenapa aku dibentak?"
"Baiklah. Jika itu maumu. Aku akan pergi."
Naruto kemudian meninggalkan kediaman Hyuga tanpa memikirkan perasaan Hinata. Hinata juga sudah masuk ke dalam rumahnya. Karena kesalnya terhadap Naruto sampai-sampai Hinata menjambak rambutnya sendiri.
"URGGH. Naruto-kun no BAKAAA!"
-oOoOo-
-Tiga hari setelahnya-
Sudah tiga hari Naruto dan Hinata tidak berinteraksi. Hal itu merupakan suatu keanehan bagi penduduk Konoha karena kemesraan Naruto dan Hinata merupakan tontonan gratis bagi mereka setiap hari.
Di apartemen, Naruto hanya tertunduk lesu. Blue Sapphire-nya tidak memancarkan cahaya. Hanya kekosongan yang terpantul dari mata unik tersebut.
"Walaupun aku tidak suka sayur, seharusnya aku tidak bersikap seperti itu-ttebayo." Kini Naruto sadar akan kebodohannya. Dia menyesal telah memperlakukan Hinata seperti itu.
*SERR*
Tanpa disadari, bulir-bulir air mata mengalir membasahi pipi bergaris Naruto. Kesepian yang pernah menghantuinya itu dirasakannya kembali.
"Aku menangis?"
"Ternyata bertengkar lama dengan Hinata membuat rasa kesepian itu menghampiriku lagi."
"Padahal sejak bersama Hinata, aku tidak pernah merasa kesepian lagi. Seolah-olah rasa sepi itu hilang seperti dedaunan bunga krisan yang layu dan berguguran. Tapi karena kebodohanku, aku menyakiti orang yang kucinta."
Naruto menutup matanya untuk mengingat kenangan indah yang sudah mereka buat bersama. Kemudian, Naruto bangkit dari ranjang. Dia mengepalkan kedua tangannya.
"Hinata, Narutomu yang bodoh ini bersalah. Narutomu yang bodoh berjanji akan meminta maaf. Tentunya dengan cara Narutomu sendiri. Jadi, tunggulah Narutomu, Hinata."
Naruto meninggalkan apartemennya. Kemudian, dengan paksa Naruto mengajak Sai agar menemaninya ke perpustakaan umum. Suatu hal yang sangat jarang bagi Uzumaki Naruto karena sepertinya dia tidak pernah menginjakkan kaki di perpustakaan sama sekali.
Entah kerasukan apa, di meja Naruto kini dipenuhi oleh buku-buku yang tebal. Naruto kemudian membaca buku itu. Halaman demi halaman dibuka dan dipelototinya dengan serius.
Sai hanya tersenyum keheranan melihat keanehan Naruto.
-oOoOo-
-Esoknya-
Hinata terlihat sedang berada di sebuah toko penjahit. Dia sedang membayar barang yang dia beli di kasir.
Setelah keluar dari toko, Hinata dikejutkan dengan seseorang.
"Selamat pagi, nak." Kata seorang nenek.
Hinata hanya mengernyitkan dahi. Dia menatap heran orang tua itu.
"Selamat pagi, Naruto-kun."
"Eh?"
*BOFF*
Seketika, nenek tadi berubah menjadi sang protagonis.
"Ini aneh. Kenapa dia bisa tahu kalau ini aku-ttebayo?"
Naruto menatap Hinata heran.
"Sudah ya, Naruto-kun. Aku mau pulang."
Tanpa basa-basi terlebih dahulu, Hinata langsung meninggalkan Naruto.
"Kuso. Aku gagal."
.
.
-Esoknya-
Hinata sedang berjalan untuk menemui Kurenai-sensei.
"Anak muda, bisakah kau menunjukkanku dimana rumahku?" Kata seorang kakek menghampiri Hinata.
Hinata hanya keheranan melihat orang tua itu.
"Apartemenmu kan disana, Naruto-kun." Jawab Hinata polos.
"Eh?"
*BOFF*
Kakek tadi berubah menjadi sang protagonis.
"Naruto-kun kenapa sih?" Tanya Hinata heran.
"Eh.. Itu.."
"Aku pulang dulu, Naruto-kun."
Hinata pun meninggalkan Naruto begitu saja.
"Gagal lagi. Aaarrgghh."
.
.
-Esoknya lagi-
Hinata dan Sakura sedang berjalan bersama. Terlihat bahwa Hinata sedang memegang sebuah bungkusan.
"Nee-chan, tolong aku. Aku tersesat di jalan yang bernama kehidupan. Aku ingin bertemu kaa-chan. HUAAA." Kata seorang anak kecil menarik tangan Hinata sambil menangis.
"Emang orang tuamu kemana, anak manis?" Tanya Sakura menghampiri anak itu.
Hinata sekali lagi hanya melihat anak itu dengan tatapan heran.
"Naruto-kun, sudah cukup. Jangan main-main lagi."
"Eh?" Pikir Naruto dan Sakura.
*BOFF*
Dengan ekspresi kecewa, Naruto kembali lagi ke wujudnya semula. Dia gagal. Gagal untuk ketiga kalinya. Biasanya jika sesuatu terjadi sebanyak tiga kali berarti pertanda, kan?
Namun...
"Bingkisan apa itu?"
Pandangan Naruto beralih ke bingkisan yang dibawa Hinata.
"Hinata, jadi kamu sudah punya seseorang yang kamu suka ya?"
"Eh?" Hinata tidak mengerti maksud Naruto.
"Apa maksudmu, Naruto-kun?"
"Tidak, Hinata. Aku mengerti. Kamu ingin memberikan hadiah kepada laki-laki lain."
Hinata semakin terheran dengan perkataan Naruto.
"Bukan, Naruto-kun. Aku tidak ingin memberikan hadiah kepada lelaki lain."
"Jadi itu apa, Hinata? Sudahlah. Tidak apa-apa. Aku tidak akan marah jika Hinata tidak mencintaiku lagi."
Hinata benar-benar kesal karena sedikitpun Naruto tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.
"Hiks. Hiks."
Tanpa sadar, air mata Hinata mengalir di pipinya
"Naruto-kun no BAKA!"
Hinata berlari meninggalkan Naruto. Sakura yang bingung dengan mereka berdua kemudian menghampiri Naruto.
*BLETAK*
"ITTAIII." Naruto berteriak kesakitan setelah menerima jitakan Sakura.
"Kenapa kau menjitakku?"
Sakura sweatdrop melihat kelakuan sahabatnya.
"Kau ini benar-benar bodoh ya? Kenapa kau malah membuat Hinata menangis? Cepat minta maaf. Aku akan memukulmu besok jika kalian belum baikkan."
Bukannya takut, Naruto malah tertawa kecil.
"Hehe. Aku memang berencana begitu. Tapi begitu melihat bingkisan yang dibawa Hinata, aku jadi berubah pikiran." Kata Naruto santai.
Sakura tidak mengerti dengan maksud Naruto.
"Jangan menatapku seperti itu, Sakura-chan. Serahkan semuanya padaku. Hehe." Kata Naruto penuh percaya diri.
-oOoOo-
-Keesokan harinya-
Hinata sedang duduk di sebuah taman. Dia terunduk lesu, matanya sembab, dan wajahnya murung. Terlihat bingkisan itu sedikit basah oleh air mata Hinata.
"Padahal aku ingin memberikan ini kepada Naruto-kun. Tapi dia malah berkata seperti itu kepadaku kemarin."
Hinata terdiam. Dia jadi berpikir untuk membuang bingkisan itu. Namun..
*BOFF*
Gumpalan asap tiba-tiba datang mengelilingi Hinata. Hinata hanya terheran dengan apa yang terjadi.
"Hinata."
"Eh?"
Terdengar suara yang sangat Hinata rindukan. Suara itu memanggil namanya seolah-olah suara itu tidak ingin kehilangannya. Namun ada sesuatu yang aneh dengan suara itu. Perlahan asap itu menghilang. Memperlihatkan sedikit sosok orang yang berada dibalik asap tersebut. Dengan kedua matanya, Hinata menatap orang dibalik asap itu.
"Na..Naruto..-kun?"
"Hinata, syukurlah kamu ada disini"
Asap yang mengelilingi sekitar mereka telah hilang. Betapa terkejutnya Hinata saat mengetahui...
"Naruto-kun, kenapa kamu berwujud seperti ini?"
Naruto kini terlihat dalam wujud dirinya saat pertama kali mereka bertemu.
"Kau tidak bisa kabur lagi, Hinata." Kata Naruto dengan suara dan cengiran khasnya.
Hinata tidak dapat berkata apa-apa. Namun, dia ingin sekali mencubit wujud Naruto kecil yang berada di hadapannya.
"Gemasnya. Suaranya sungguh imut." Batin Hinata.
Kemudian...
*KYUT*
Hinata sudah tidak tahan. Dia mencubit pipi Naruto dengan gemas.
"Adududuh. Apa yang kamu lakukan, Hinata?"
"Hihi. Abis kamu begitu menggemaskan dengan wujud itu, Naruto-kun."
Hinata terus mencubit pipi Naruto kecil tanpa henti. Tidak ingin waktunya terbuang, Naruto menghentikan cubitan Hinata. Lalu, dia membentuk segel.
"Henge no Jutsu"
*BOFF*
"Eh?" Hinata terheran. Kini, gumpalan asap mengelilingi dirinya.
"Na..Naruto-kun, apa yang kamu lakukan?"
"Eh?"
Hinata menyadari sesuatu. Suaranya berubah.
Gumpalan asap itu perlahan menghilang. Naruto kecil terpana memandang sosok yang ada di hadapannya.
"Ka..Kawaii."
Kini, wujud Hinata juga ikut berubah menjadi wujud Hinata saat pertama kali mereka bertemu.
"Na..Naruto-kun. Apa yang kamu lakukan denganku? Dan kenapa kamu membawa kamera?" Kata Hinata protes.
Naruto hanya terkagum. Dia tidak menyangka bahwa Hinata kecil begitu imut dan menggemaskan.
"Naruto-kun, jangan menatapku seperti itu!"
"Eh?" Perkataan Hinata membuyarkan lamunan Naruto.
"Gomen, Hinata. Aku terpesona dengan suara dan wajah imutmu. Hehe." Kata Naruto dengan tampang tak bersalah.
"Kenapa kamu melakukan ini, Naruto-kun?" Tanya Hinata heran.
Naruto berpikir sejenak. Kemudian dia menjawab.
"Aku berpikir bahwa kita belum pernah membuat kenangan yang indah bersama-sama saat kita masih anak-anak dan remaja, Hinata. Karena itu, aku ingin kita menghabiskan waktu bersama dengan wujud ini. Hehe." Jawab Naruto tersenyum.
Cengiran Naruto kecil ternyata dapat meluluhkan hati Hinata. Walaupun banyak pertanyaan di benaknya, Hinata tidak akan menanyakan itu kepada Naruto.
Hinata kemudian memandang Naruto. Dia sedikit gugup karena Naruto juga menatap dirinya penuh arti. Kedua pasang mata itu saling menatap. Blue Sapphire dan Lavender Amethyst itu seolah-olah melakukan komunikasi batin yang maknanya hanya diketahui oleh kedua insan tersebut. Tatapan cinta yang memabukkan walaupun mereka dalam wujud anak kecil. Seakan-akan mereka sudah melupakan pertengkaran mereka tempo hari.
"Hinata, ayo kita bersenang-senang-ttebayo." Kata Naruto lembut.
Hinata semakin terhanyut dengan suara lembut Naruto yang berwujud anak kecil.
"Hai."
Mereka saling berpegangan tangan. Naruto dan Hinata saling mengelus telapak tangan mereka serta memainkan jari-jari mereka. Kemudian, Naruto mencium punggung tangan Hinata yang masih dipegangnya erat dengan lembut.
Hinata benar-benar bahagia akan perlakuan Naruto kepadanya. Sambil berjalan menuju tempat pertama kali mereka bertemu, Hinata memeluk Naruto erat-erat. Naruto membalas pelukan Hinata dengan mengelus rambut indigonya yang halus itu.
.
.
-Di Akademi Ninja, tepatnya di sebuah ayunan yang biasa digunakan Naruto untuk menyendiri-
"Naruto-kun, kenapa kita disini?" Tanya Hinata bingung.
"Ini adalah tempat pertama kali kita bertemu. Aku ingin sekali kita bercerita disini. Aku ingin mengingat pertemuan pertama kita, Hinata." Jawab Naruto lembut.
Naruto dan Hinata berada disana kira-kira selama setengah jam. Mereka saling bercerita tentang diri mereka masing-masing. Terkadang Naruto juga mengisengi Hinata disaat ada kesempatan dan itu membuat Hinata sedikit kesal.
*KRRT*
"Na..Naruto-kun, jangan kuat-kuat dorongnya. Kalau aku terlempar bagaimana?" Kata Hinata protes saat Naruto mengayunkan ayunan itu dengan kuat.
"Jika kamu terlempar jauh sampai dibulan, atau di alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh manusia, aku akan mengejarmu. Aku akan tetap mengejarmu. Kemudian aku akan menangkapmu dan tidak akan membiarkanmu lepas dariku."
Hinata terharu mendengar perkataan Naruto. Dia ingin menangis. Namun Hinata menahan air matanya. Dia tidak ingin merusak momen berharganya dengan Naruto.
Setelah bermain ayunan, tak lupa Naruto mengabadikan momen mereka dengan berfoto. Naruto memasangkan kameranya di Tripod kemudian mengarahkan kameranya kearah Hinata yang berada di ayunan. Setelah memasang timer, Naruto berlari kearah Hinata bersiap untuk berfoto bersama.
*JEPRET*
*JEPRET*
*JEPRET*
Naruto dan Hinata berfoto dengan berbagai pose. Ada foto dimana Naruto berpose membandingkan tinggi badannya dengan Hinata, foto dimana Naruto menjahili Hinata, foto dimana Naruto merangkul Hinata, foto dimana Naruto memeluk dari belakang leher Hinata yang duduk di ayunan, dan masih banyak foto lainnya.
Setelah puas berfoto ria, Naruto menarik tangan Hinata. Kemudian..
*GREP*
"Eh?" Gumam Hinata kaget.
"Pegangan yang erat, Hinata."
Naruto menggendong Hinata. Kemudian Naruto melompat masuk akademi.
Semua orang, baik para murid maupun guru yang berada di akademi kaget, termasuk Iruka.
"Naruto dan Hinata? Sedang apa mereka? Mengapa mereka berwujud seperti itu?" Pikir Iruka kaget.
Kemudian Naruto menurunkan Hinata dengan lembut. Hinata heran kenapa Naruto membawanya ke akademi.
"Buat teman-temanku sekalian, aku ingin mengakui sesuatu." Teriak Naruto di depan anak-anak itu.
"Na..Naruto-kun? Apa yang kamu lakukan?" Kata Hinata heran.
"Apa yang mau kau lakukan?" Tanya seorang anak ketus.
"Hei, anak kecil. Hormatilah orang yang lebih tua darimu-ttebayo."
Semua murid-murid akademi hanya bingung.
Naruto tidak memikirkan anak-anak itu. Dengan cepat iya menatap Hinata dan menghadapkan tubuhnya kepadanya.
Dengan menghirup napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya kuat-kuat, Naruto dengan percaya diri berteriak..
"Hinata, aku mencintaimu."
.
.
.
*krik*
*krik*
*krik*
Semua murid-murid yang mendengar itu hanya bingung. Maklum. Naruto dan Hinata sedang berada di sekeliling murid-murid akademi tahun pertama. Jadi wajar saja mereka tidak mengerti cinta-cintaan.
"Hah, apa maksudnya?" Kata seorang anak.
Sedangkan Hinata menundukkan kepalanya. Malu dilihat oleh anak-anak dibawah umur.
"Na..Naruto-kun?" Hinata bingung dengan tingkah kekasihnya itu.
"Baiklah. Kami permisi dulu."
*POFF*
"Apa? Menghilang? Dimana dia?"
"Dia bisa menghilang?"
"Aku tidak mengerti apa maksudnya."
"Naruto dan Hinata itu siapa?"
Begitulah komentar semua murid-murid akademi yang masih sangat junior. Semua murid hanya keheranan setelah mereka menghilang. Mereka bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.
Iruka yang melihat kelakuan Naruto hanya bisa menepuk kepalanya sendiri.
.
.
-Di tempat latihan-
*BOFF*
Naruto dan Hinata sudah berada di tempat dimana para ninja Konoha biasa latihan.
"Na..Naruto-kun? Kamu bisa Sunshin no Jutsu?" Tanya Hinata kaget.
"Ya begitulah. Aku berusaha untuk menguasai Sunshin no Jutsu. Dan akhirnya seperti inilah. Walaupun tidak secepat ayah, aku sudah berhasil menguasainya-ttebayo."
"Begitu ya, Naruto-kun? Tapi.."
Hinata melirik tubuhnya dan tubuh Naruto. Kemudian dia menyadari..
"Kenapa kita berganti wujud saat masih Genin, Naruto-kun?" Tanya Hinata kaget.
Naruto hanya tersenyum melihat ekspresi Hinata yang menurutnya begitu manis. Tanpa berkomentar banyak, Naruto dan Hinata yang berwujud pre-Shippuden kembali melanjutkan kencan mereka.
.
.
-Di Konoha Game Center-
Naruto dan Hinata tiba di Konoha Game Center. Disana, mereka bermain banyak sekali permainan berhadiah. Naruto berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan permainan yang ada di Game Center tersebut agar memperoleh hadiah demi Hinata.
"Naruto-kun, sedikit lagi. Kamu pasti bisa."
Naruto sedang bermain menangkap ikan. Permainan dimana pemain harus menangkap ikan gabus kecil dengan menggunakan jaring yang terbuat dari kertas. Untuk memperoleh hadiah, pemain harus menangkap 5 dari 10 ikan dan memasukkannya ke dalam mangkuk yang telah disediakan. Semakin banyak ikan yang didapat, semakin besar pula hadiahnya. Saat ini, Naruto telah berhasil menangkap 4 ekor ikan."
"Ikan-ikan itu mengejekku, hah?" Omel Naruto.
Mata Naruto fokus akan gerak gerik ikan gabus itu. Kemudian...
"Yosha. Aku berhasil, Hinata. Tidak cuma satu. Tapi tiga."
Naruto berhasil menangkap 7 ekor ikan gabus. Dia menukarkannya dengan sebuah boneka Chibi Kyuubi. Hinata tentu senang menerimanya.
Selain bermain game, tak lupa Naruto dan Hinata mengabadikan momen mereka dengan jepretan kamera. Mereka melakukan berbagai pose. Mulai dari pose mesra, pose jahil, sampai pose dimana Naruto membandingkan tingginya dengan Hinata.
Setelah puas bermain dan berfoto. Mereka keluar dari Game Center. Dengan cengiran Khasnya, Naruto berteriak..
"Hoi, minna. Dengarkan aku."
Semua orang kaget dengan teriakan Naruto. Termasuk Shikamaru dan Temari yang kebetulan lewat.
"Itu...Naruto dan Hinata kan?" Tanya Temari.
"Iya. Itu Naruto dan Hinata" Jawab Shikamaru.
"Tapi mengapa mereka berwujud seperti itu?"
"Akhirnya si bodoh itu sudah memulainya. Merepotkan sekali." Gumam Shikamaru tanpa menjawab pertanyaan Temari.
Dengan rasa percaya diri, Naruto pun berteriak lagi.
"Buat semua orang yang ada disini, aku ingin menyampaikan kepada kalian semua. Bahwa aku, Uzumaki Naruto sangat mencintai gadis yang bernama Hyuga Hinata."
Semua orang tertegun. Begitu juga dengan Hinata. Setelah berteriak seperti itu, Naruto memandang Hinata dengan senyumnya.
"Hinata, sejak aku mengenalmu, aku berpikir bahwa kamu adalah gadis pemalu, aneh, dan gelap."
Hinata kecewa. Dia tertunduk lesu mendengar perkataan Naruto.
"Namun, kamu tahu tidak?"
"Eh?" Hinata tertegun karena Naruto masih ingin melanjutkan kata-katanya.
"Aku menyukai gadis sepertimu-ttebayo."
Hinata tidak dapat berkata-kata. Dia baru ingat bahwa itu adalah perkataan Naruto kepadanya sebelum dia berangkat ke ujian Chuunin.
*POFF*
Naruto kemudian menghilang lagi. Semua orang yang ada disekitar hanya keheranan dengan mengapa Naruto dan Hinata dalam wujud 12 tahun.
.
.
-Di halaman Theater Konoha-
*BOFF*
Naruto dan Hinata kini berada di Theater Konoha. Dan lagi-lagi..
"Naruto-kun. Sudah cukup dong berubahnya." Protes Hinata.
Mereka berubah menjadi wujud Shippuden.
"Hinata, ayo kita nonton film ini." Kata Naruto sambil menunjuk poster film horror.
Hinata memandang Naruto dengan khawatir.
"Tapi, apakah tidak menyeramkan, Naruto-kun?"
"Tenang saja. Aku kan pemberani. Kamu juga kan? Lagipula kan ada aku di sampingmu-ttebayo."
Hinata hanya mengikuti ajakan Naruto. Namun sebelum itu, Naruto mengajak Hinata untuk berfoto ria dengan pose yang beraneka ragam. Tak lupa pose membandingkan tinggi badan diabadikan dalam jepretan kamera mereka.
Setelah selesai berfoto, Naruto meminta izin kepada Hinata untuk pergi ke toilet. Setelah selesai dari toilet, mereka kemudian memesan tiket untuk dua orang.
"Hehehe, jika Hinata ketakutan, dia akan terus menggenggam tanganku dan memelukku-ttebayo. Dan aku akan mengatakan dengan mesra bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan sambil memeluk Hinata." Pikir Naruto.
.
.
-Di dalam theater-
.
.
.
"GYAAAAAAAAAAA."
Naruto berteriak. Teriakannya sampai terdengar diluar theater. Saking takutnya sampai-sampai Naruto memeluk Hinata erat-erat. Sesuatu yang benar-benar diluar rencananya.
"Na..Naruto-kun, sudah jangan takut. Aku ada disampingmu." Kata Hinata sambil mengelus surai kuningnya.
Naruto merasa malu karena ketakutan. Harga dirinya sebaga seorang pria dihadapan Hinata kini hancur.
"Ini memalukan-ttebayo. Sebagai pria, seharusnya dia yang memelukku dan aku yang menghilangkan rasa takutnya. Tapi aku malah memeluk Hinata seperti seorang anak kecil yang ketakutan setelah melihat kecoa."
.
-1 jam 50 menit kemudian-
Film telah selesai. Semua orang bersiap untuk meninggalkan theater. Namun..
"Maaf mengganggu, minna-san. Sebelum kalian pergi, izinkan kami mempersembahkan sebuah film dokumenter terlebih dahulu."
Hinata menyadari bahwa suara itu adalah suara Sakura.
"Naruto-kun, itu Sakura-san. Apa yang terjadi?" Tanya Hinata.
Naruto tidak menjawab. Membuat Hinata semakin heran dengan tingkah Naruto. Namun..
.
3
.
2
.
1
.
Film sudah dimulai sebelum Hinata sempat bertanya lagi kepada Naruto.
"Apa kabar, minna."
"Eh?" Hinata kaget mendengar suara itu.
"Mungkin kalian semua bertanya-tanya. Apa sih yang terjadi di theater ini?"
Semua orang keheranan dengan film dokumenter yang sedang mereka lihat.
"Suara itu, tidak salah lagi." Pikir Hinata.
"Kalian juga pasti berpikir. Apa pembuat film ini kurang kerjaan?"
"Aku minta maaf jika harus menyita waktu kalian. Aku akan menceritakan sesuatu yang membuatku bahagia. Jadi, kumohon dengarkanlah kisahku."
Seketika layar theater berubah. Perlahan-lahan sebuah tulisan 'Scene Pertama' muncul di layar theater tersebut.
.
.
Scene Pertama: Tidak ada gambar.
"Kalian pasti sudah mengenaliku. Kalian juga mungkin mengelu-elukan diriku. Bahkan mungkin aku adalah tokoh idola bagi kalian. Tapi, apa kalian tahu masa laluku? "
Semua orang yang berada di theater kini serius menyaksikan apa yang mereka lihat di hadapan mereka.
"Dulu, aku adalah seorang penyendiri. Aku tidak punya teman dan aku selalu dibenci."
.
.
Scene Kedua: Perlahan-lahan muncul beberapa slide show foto Naruto dan Hinata dalam wujud saat mereka pertama kali bertemu. Scene yang terdapat di layar theater itu berganti setelah beberapa menit.
"Aku terus berjuang untuk mencapai cita-citaku agar aku diakui. Namun dibalik perjuanganku, ada seseorang yang selalu mendukungku dari belakangku. "
Semua orang tertegun. Mereka memandang foto-foto Naruto dan Hinata. Ada foto-foto lucu dan menggemaskan yang membuat mereka tertawa dan ada juga foto-foto manis yang membuat penonton terharu.
"Benar. Dialah orangnya. Kalian masih bertanya-tanya lagi? Yang itu lho. Gadis yang berada di ayunan. Lihat dibelakangnya ada aku, kan?"
Semua penonton melirik gadis manis yang berada di layar theater.
"Dia terlihat manis, bukan? Rambut indigonya yang berkilauan dan mata amethyst-nya yang sangat menenangkan jiwaku-ttebayo."
Semua penonton mengangguk setuju. Gadis kecil yang mereka tonton sangatlah manis.
.
.
Scene Ketiga: Perlahan-lahan terlihat foto-foto Naruto dan Hinata dalam wujud pre-Shippuden.
"Namanya adalah Hyuga Hinata. Dia adalah seorang Kunoichi yang hebat. Dia adalah kebanggaanku."
Para penonton melihat sebuah foto yang sangat menggemaskan. Foto dimana Naruto menjinjitkan kakinya untuk mencium kening Hinata. Ada yang tertawa karena melihat Naruto yang begitu pendek daripada Hinata, dan ada juga yang terkagum-kagum karena merasakan kemesraan Naruto dan Hinata.
"Oh, apa kalian sedang tertawa? Atau kalian ikut terhanyut dalam kemesraan kami?"
"Eh?" Semua penonton kaget. Mereka heran mengapa Naruto bisa tahu.
" Aku mencium kening Hinata. Saking pendeknya sampai-sampai aku harus berjinjit agar bisa mencium keningnya. Tapi aku sangat puas. Aku sangat bahagia bisa meraih keningnya."
.
.
Scene Keempat: Perlahan-lahan terlihat foto-foto Naruto dan Hinata dalam wujud Shippuden.
"Bagaimana penampilan kami sekarang?"
Penonton tertegun. Mereka kagum dengan tinggi badan Naruto yang berhasil melebihi Hinata.
"Dengan ini, kalian pasti berpikir bahwa aku sudah semakin dewasa dan sangat cocok dengan Hinata, bukan?"
Semua penonton mengangguk setuju.
"Baiklah jika kalian semua setuju."
.
.
Scene Kelima: Semua foto-foto sebelumnya digeser sehingga perlahan-lahan terlihat kumpulan foto yang merupakan kenangan mereka bersama saat mereka berpacaran.
"Hinata adalah orang pertama yang mengakuiku lebih dari siapapun. Pada awalnya aku tidak menyadari perasaannya. Tetapi setelah beberapa lama mengenalnya, aku menyadari bahwa Hinata sangat mencintaiku. Hinata rela berkorban demi diriku. Hinata selalu menyadarkanku ketika aku hampir kehilangan pendirianku. Dan Hinata selalu membantuku untuk berdiri disaat aku terpuruk."
"Aku mencari kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan itu lah yang menemukanku. Kebahagiaan itu terus mengawasiku tanpa aku sadari. "
Semua penonton tidak mengedipkan pandangan mereka dari layar theater. Begitu banyak foto-foto manis dan romantis yang bisa dilihat di hadapan mereka. Ada foto dimana Hinata sedang digendong Naruto, foto dimana Hinata menyuapi Naruto, foto dimana Hinata memeluk Naruto, foto dimana Naruto mengelus lembut surai indigo Hinata, dan masih banyak foto lainnya.
"Mungkin kalian pernah menganggapku sebagai orang malang yang tidak akan pernah bahagia. Tapi, sekarang aku adalah orang yang paling bahagia di dunia. Apa kalian tahu kenapa?"
Semua orang bertanya-tanya. Mereka penasaran dengan jawaban apa yang diberikan Naruto
Namun, tiba-tiba semua foto menghilang. Semua orang keheranan. Namun beberapa saat kemudian, perlahan-lahan muncul sebuah foto. Sebuah foto yang benar-benar memenuhi layar theater. Foto tersebut adalah foto dimana Naruto dan Hinata berciuman dengan mesra dan penuh cinta. Terlihat ekspresi bahagia di wajah Naruto dan Hinata dalam foto tersebut.
"Aku mencintai Hinata."
Semua orang tertegun. Mereka sangat tersentuh dengan kisah cinta Naruto dan Hinata. Hinata sendiri tidak menyangka akan apa yang baru saja dia alami. Dia tidak menyangka Naruto bisa berbuat seromantis itu. Tanpa sadar air mata Hinata menetes. Menandakan bahwa dia sangat terharu dengan semua pengorbanan besar Naruto untuknya.
"Kalian mendengarnya bukan? Aku adalah orang yang paling bahagia di dunia karena aku mencintai Hinata. Aku sangat bersyukur karena telah menyadari perasaanku. Aku akan menjadi sangat bahagia bila Hinata terus berada disampingku, menggenggam tanganku, memelukku, dan menciumku. Hidupku akan menjadi lebih lengkap bila Hinata menjadi pendamping hidupku."
Setelah mendengar itu, semua orang terharu. Bahkan ada diantar mereka yang menangis tersedu-sedu.
.
.
.
Beberapa saat kemudian, scene berganti lagi dan perlahan-lahan terlihat video close up Naruto yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu kepada semua penonton.
"Saat ini, aku bertengkar hebat dengan Hinata. Mungkin dia tidak mau memaafkanku atas kebodohanku. Karena itu, aku memohon bantuan kepada kalian. Kiranya kalian membujuk Hinata untuk memaafkanku sepenuhnya. Aku akan maju ke depan layar. Jadi aku mohon, bantu aku-ttebayo."
Semua orang terheran. Kemudian mereka melihat dua sosok orang maju ke depan layar. Kedua sosok itu kemudian disoroti oleh lampu sorot. Perlahan-lahan, siluet wajah mereka semakin terlihat.
"Naruto-kun?" Hinata kaget saat Naruto menarik tangannya untuk ikut maju ke depan layar.
"Akhir kata, aku mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena kalian telah menikmati film dokumenter yang aneh ini-ttebayo. Baiklah. Aku pamit dulu. Jaga kesehatan kalian-ttebayo."
Setelah scene itu, film itu pun berakhir.
*PLOK*
*PLOK*
*PLOK*
*PLOK*
Semua penonton memberikan tepuk tangan yang meriah terhadap film dokumenter yang telah meneteskan air mata mereka. Hinata tidak dapat berkata apa-apa. Hinata sempat terhanyut dalam pujian penonton.
Setelah Naruto cukup puas mengagumi karyanya. Dengan menggenggam kedua tangan Hinata di hadapan banyak orang, Naruto mengucapkan permohonan maaf kepada Hinata.
"Hinata, Aku ingin meminta maaf atas kebodohanku. Aku menyesal telah menyakiti hatimu. Maukah kamu memaafkan Narutomu ini?"
Hinata sebenarnya sudah memaafkan Naruto. Karena itu dia tidak tahu harus berkata apa terhadap Naruto.
"Maafkanlah dia, Hinata-san"
"Benar. Kasihan Naruto-kun. Dia selalu memikirkanmu, Hinata-san."
"Jika terus-terusan bertengkar, kami tidak dapat melihat kemesraan kalian lagi."
Itulah komentar-komentar penonton yang ada di theater. Mereka membujuk Hinata agar memaafkan Naruto.
"Hinata, maafkanlah si bodoh itu." Ujar Sakura.
Hinata menangis. Dia benar-benar tidak menyangka Naruto bisa merencanakan hal seperti ini. Hinata sudah tidak tahan untuk memeluk Naruto.
"Naruto-kun, aku memaafkanmu."
*BOFF*
Hinata menerima permintaan maaf Naruto. Kemudian mereka berpelukan dengan erat. Pelukan erat itu membuat mereka kembali ke wujud aslinya. Para penonton pun kembali bertepuk tangan dengan meriah sebagai bentuk apresiasi mereka terhadap kisah cinta Naruto dan Hinata.
-oOoOo-
-Diluar theater-
Naruto dan Hinata hendak berjalan keluar theater. Mereka bergandengan tangan dengan mesra. Hinata sangat bahagia dengan perlakuan romantis Naruto terhadapnya. Namun, setelah keluar dari pintu theater...
"SURPRISEEEEE…"
"Eh?"
Hinata kaget melihat kerumunan orang di luar theater yang ternyata adalah Hiashi, Hanabi, serta semua teman-teman mereka.
"Tapi ulang tahunku kan sudah lewat?" Komentar Hinata
Naruto melihat ekspresi kebingungan Hinata. Kemudian dihadapan mereka semua, Naruto menggenggam kedua tangan Hinata.
"Hinata, mereka kemari bukan karena kamu berulang tahun."
Hinata memandang Naruto dengan heran.
"Aku melakukan ini semua selain karena meminta maaf juga karena ingin mengatakan sesuatu kepadamu, Hinata."
Hinata semakin menatap Naruto. Dia ingin mengetahui apa yang akan dikatakan Naruto.
"Pada scene kelima film tesebut. Aku mengatakan bahwa aku adalah orang yang paling bahagia di dunia karena aku mencintai Hinata. Aku sangat bersyukur karena telah menyadari perasaanku. Aku akan menjadi sangat bahagia bila Hinata terus berada disampingku, menggenggam tanganku, memelukku, dan menciumku. Hidupku akan menjadi lebih lengkap bila Hinata menjadi pendamping hidupku. Apa kamu tahu mengapa aku mengatakan itu di film tersebut?"
Hinata tidak dapat berkata-kata. Dia berusaha memikirkan apa maksud Naruto. Namun belum sempat Hinata berpikir, Naruto berjongkok di hadapan Hinata sambil tetap menggenggam tangan kanan Hinata dengan tangan kanannya. Kemudian dengan tangan kirinya, Naruto mengambil sebuah kotak kecil dibalik sakunya.
"Hinata, maukah kamu membuatku menjadi seorang pria yang paling bahagia di dunia?"
Mata Hinata berkaca-kaca. Hinata hanya terdiam. Dia tidak tahu harus berkomentar apa. Naruto yang melihat ekspresi Hinata yang kebingungan kemudian bangkit berdiri. Naruto menatap Hinata dengan lembut.Blue Sapphire dan Lavender Amethyst itu saling berpandangan penuh arti. Sambil membuka kotak kecil di tangan kirinya…
"Hinata, Jadilah istriku."
Naruto memperlihatkan sebuah cincin. Cincin yang terdiri dari batu berlian yang dilapisi dengan emas murni.
"Cincin? Itu sebuah cincin? Menikah? Istri? Bahagia? Menikah dengan Naruto-kun?"
Hinata sangat bahagia. Air mata kebahagiaan mengalir di wajah cantik itu. Hinata kemudian mengeluarkan bingkisan yang sejak tadi ia bawa. Ia mengeluarkan isi bingkisan tersebut yang ternyata adalah sebuah syal merah baru.
"Syal merah?" Pikir Naruto.
Setelah itu, Hinata mengalungkan syal merah tersebut ke leher Naruto sekaligus dirinya. Kemudian dengan lembut, Hinata membelai wajah Naruto dan berkata..
"Aku mau, Naruto-kun."
Setelah mengatakan itu, Hinata menyodorkan tangan kanannya ke hadapan Naruto. Naruto mengerti. Kemudian dia memasukkan cincin itu ke jari manis Hinata. Setelah itu, Naruto menggenggam tangan kanan Hinata dan mencium punggung tangan itu.
Hinata sangat terharu karena Naruto sudah berbuat sejauh ini untuk meminta maaf kepadanya. Ditambah lagi dengan lamaran Naruto yang sangat romantis dihadapan semua penduduk Konoha membuat kebahagiaan Hinata menjadi berlipat ganda. Hinata tidak tahan untuk segera memeluk Naruto
*GREP*
"Naruto-kun, Aishiteru"
Naruto merasa bahagia karena semua hal yang sudah dia rencanakan demi Hinata berjalan dengan sukses. Naruto kemudian membalas pelukan Hinata. Dia merasa bahagia karena akan menikah dengan Hinata.
"Aishiteru mo, Hinata"
Hiashi, Hanabi, teman-teman mereka, serta seluruh penduduk Konoha juga ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh calon pasangan suami istri itu. Mereka kemudian saling memberikan selamat kepada Naruto dan Hinata.
Chapter 2 END

Chapter 2 ini mengisahkan bagaimana Naruto melamar Hinata menurut pandangan saya. Memang di Sakura Hiden dikatakan bahwa Naruto dan Hinata akan menikah beberapa bulan setelah The Last. Tapi saya membuat Naruto dan Hinata berpacaran dulu selama 1 tahun karena dengan pacaran setahun, mereka bisa membuat banyak kenangan indah bersama. Beberapa bagian seperti Naruto dan Hinata yang menggunakan Henge No Jutsu terinspirasi dari sebuah komik doujinshi.
Balasan bagi reviewer tidak berakun. Bagi yang berakun, saya sudah membalasnya di inbox.:)
-koneko: Naruhina memang sweet, sob.:)
-Enggar: Sudah saya update, sob. Maaf jika kelamaan.:)
-Roxxase 45: Ini kan MC, sob. Sudah saya update.:)
-hqhqhq: Benar, sob. Film The Last menunjukkan bagaimana Naruto menyadari perasaannya sendiri terhadap Hinata. Sejak kecil, Naruto tidak mengerti konsep cinta antara seorang pria dan wanita karena Naruto tidak mendapat kasih sayang dan pengetahuan dari orang tuanya.
-Luna: Sebenarnya saya tidak pernah mendengar Hanabi memanggil Naruto dengan suffix apapun, baik di anime maupun di manga. Saya menggunakan suffix -san karena walaupun Hanabi agak berkepribadian tomboy dulu, Hanabi juga menjunjung tinggi kesopanan, sama seperti Hinata.
-uzumaki kamil: Sudah di update, sob. Maaf kelamaan.:)
-yudi: Sudah, sob.:)
-nectarinia9: Wah, kita sehati. Tapi kan kalo jatuh di kolam portal kan tetap ga basah sob.:D
-MarukoCHAN: Sudah diupdate, sob.:)
Mohon maaf jika cerita saya jelek dan banyak kesalahan. Sekali lagi, saya kurang pandai dalam membuat cerita romance.-,-
Terima kasih buat semua yang sudah membaca cerita saya. Kritik dan Saran yang membangun sangat saya harapkan.:)

OMAKE:
"Naruto-kun, bagaimana kamu bisa menggunakan Henge no Jutsu terhadapku? Bahkan aku sama sekali tidak dapat membatalkan jurusmu." Tanya Hinata
"Oh, itu. Aku sudah berlatih bagaimana caranya agar aku dapat menggunakan Henge no Jutsu dengan orang lain. Aku pernah memberi sebuah tanda yang tidak terlihat di tanganmu. Tanda itu hanya akan bertahan selama seminggu. Dengan tanda itu, aku bisa menggunakan Henge no Jutsu kepadamu kapanpun aku mau dan hanya aku yang bisa membatalkannya-ttebayo."
Hinata mengerti akan penjelasan Naruto. Kemudian Hinata bertanya lagi.
"Naruto-kun, ngomong-ngomong sejak kapan kamu merencanakan kejutan seperti itu untukku?"
Naruto berpikir sejenak. Kemudian dia menjawab.
"Sebenarnya aku sudah lama ingin meminta maaf kepadamu sesegera mungkin. Jadi aku sudah memikirkan bagaimana caranya agar kamu bisa memaafkanku. Aku bahkan harus pergi ke perpustakaan dan membaca begitu banyak buku tebal. Aku melakukan penyamaran agar kamu mau mengejarku pada saat aku melarikan diri ke tempat ini ketika kamu menuntunku. Tapi setelah gagal untuk ketiga kalinya, aku memikirkan rencana untuk meminta maaf sekaligus untuk melamarmu. Aku sudah tahu kok jika kamu ingin memberikan bungkusan itu untukku. Tapi aku tidak menyangka jika kamu merajut syal merah lagi untukku-ttebayo."
"Begitu, ya? Iya, Naruto-kun. Aku berusaha untuk menggantikan syal merahmu yang rusak dulu. Aku ingin memberikannya kepadamu agar kita berbaikan."
Hinata masih memiliki satu pertanyaan lagi yang ada dibenaknya.
"Jadi bagaimana Naruto-kun bisa menyusupkan film dokumenter yang kamu buat ke dalam theater?"
"Saat aku meminta izin untuk ke toilet, aku meninggalkan Kagebunshin-ku disana. Setelah kegagalanku sebanyak tiga kali, aku menyadari bahwa kamu pasti bisa membedakan mana Naruto yang asli dan mana yang Kagebunshin. Karena itulah aku harus bersamamu agar kamu tidak mengetahui rencanaku. Untuk video dan theater semua sudah diatur teman-teman kita, Hinata. Aku hanya memberikan foto-foto kita kepada mereka. Karena itulah aku membawa kamera-ttebayo."
Hinata sudah memahami semua penjelasan Naruto.
"Jadi, Hinata. Bagaimana kamu bisa menentukan diriku asli atau tidak?" Tanya Naruto
"Eh..A..Aku tidak tahu, Naruto-kun. Aku hanya mengetahuinya begitu saja." Jawab Hinata
Naruto heran dengan jawaban Hinata. Namun dia tersenyum karena telah berhasil menjalankan rencananya.
"Benar-benar gadis aneh yang sangat aku cinta."
Hinata masih benar-benar kesal sekaligus bahagia akan perbuatan romantis Naruto. Dia tidak tahan untuk mencubit pipi Naruto kuat-kuat.
"Adududuh. Ittai. Apa yang kamu lakukan, Hinata"
"Walaupun Naruto-kun sudah kumaafkan, Naruto-kun tetap harus makan sayur buatanku besok."
.
.
.
.
"EEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH?"